Raditya Dika tak lagi Jenaka, Awkarin Malah jadi fenomena: Generasi Islam Mau Kemana?
Oleh:
Aab Elkarimi*
Kiblat generasi muda dalam gaya hidup memang unik. Arus perpindahan trend terbilang unpredictable. Dulu kemunculan Raditya Dika berhasil meratakan kisah-kisah merah muda dan kejombloan ke seantreo negeri. Tayangan-tayangan, meme kocak, artikel, StandUp comedy tak lepas dari isu utama terkait relationship remaja yang dikemas jenaka. Tak butuh waktu lama, kurang dari 5 tahun kepopuleran yang susah payah dibangun itupun kini mulai meredup. Tak sedikit orang yang bosan dengan gaya dan materi yang dituturkan. Lalu kini seolah mendapat angin segar, berbondonglah remaja berusia nanggung itu menghadap dan bersimpuh pada idola baru, seorang selebgram fenomenal berusia 19 tahun, dialah Karin Novilda alias Awkarin.
Awkarin terkenal lewat media sosial Instagram, vlog dan Ask yang memiliki ratusan ribu penggemar. Video terbarunya berjudul 'Gaga’s Birthday Surprise & My Confessions' hingga tulisan ini dibuat telah ditonton lebih dari satu juta. Cukup menggemaskan memang, ketika fakta melahirkan remaja yang lebih memilih bersimpuh dan histeris di hadapan artis idola ketimbang menangis mengingat dosa dalam sujud malam di hamparan sajadah.
Generasi muda Islam, kiblatmu itu Ka'bah, Tuhanmu itu Allah, bukan yang lain!
Dari fenomena ini setidaknya kita bisa mengambil simpulan bahwa remaja Islam masih jauh dari yang diharapkan. Setidaknya untuk saat ini upaya keras menyadarkan mereka dari kiblat yang salah adalah upaya yang berarti. Kita tak pernah tahu berapa jumlah, siapa saja, dan kapan mereka berubah, namun tugas kita tetaplah mengikhtiyarkan bagian-bagian yang kita mampu. Karena Allah akan mengubah nasib kita selagi kita mengerjakan bagian kita dengan baik.
Baca juga: Pemuda Islam Yang Dikebiri, Bangkitlah!!!!
Semua ini berawal dari budaya pop atas nama to be your self
Menjadi diri sendiri, begitulah alasan dari setiap tindakan yang menyimpang dari remaja. Alasan ini saya kira bukan sebuah pelarian, melainkan sebuah putusan yang diambil karena mereka adalah korban. Ya, mereka korban dari sebuah galaksi besar bernama liberalisme (faham kebebasan). Dan alasan ini bagi sebagian besar mereka begitu tepat dan akurat. Apa yang salah dari menjadi diri sendiri? percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki?
Tidak ada yang salah. Hanya saja kebanyakan dari kita terlalu dini percaya diri dan show off tatkala kita belum begitu mengenal hakikat diri secara utuh. Ini sebenarnya yang menjadi masalah. Hingga ketika hal ini usai terjawab, menjadi diri sendiri akan lengkap definisinya menjadi:
Kita percaya diri atas kelebihan yang Allah anugrahkan pada kita hingga kita faham bahwa menjadi diri sendiri itu bukan sebuah keegoisan, melainkan menjadi apa yang Allah perintahkan hinggalah kita menemukan jati diri kita.
Untuk orangtua, mulai saat ini pinjamkanlah telinga kita, segera dengar keluh kesah mereka
Mungkin ini salah satu tugas dasar untuk memecahkan masalah. Mendengar dengan tulus apa yang mereka butuhkan merupakan bagian dari memahami hakikat persoalan. Lantas terpa, didik, binalah mereka dengan keperibadian Islam.
Masa depan generasi muda Islam dibingungkan keadaan
Semua sepakat bahwa realitas saat ini hampir tidak mendukung untuk menjadi baik. Kisah Awkarin bisa kita ambil pelajaran. Remaja asal Tanjungpinang yang dulunya berprestasi sebagai lulusan SMP terbaik di Riau, hanya dalam waktu 3 tahun sekolah SMA di Jakarta sudah berubah drastis. Bahasanya menjadi kasar, tatonya segede gaban, merokok dan foto-fotonya begitu vulgar. Semua ini membuktikan bahwa realitas saat ini menggerus siapa saja yang tak waspada.
Namun tentu menyalahkan realitas hanyalah pilihan bagi orang-orang malas. Realitas bagaimanapun rusaknya tidak boleh dijadikan sebagai objek dalam berpikir apalagi untuk memandang masa depan. Bagi seorang muslim, kacamata visi itu terletak pada kaidah sya'ra. Tidak boleh menganggap bahwa realitas rusak ini tidak mungkin bisa dirubah sehingga kita pasrah, tidak melakukan apapun selain berdiam.
Dan begitulah, dunia generasi muda Islam terus berputar. Masa Raditya Dika telah usai, Awkarin sedang dipuncak, besok dan seterusnya giliran Islam yang menjadi kiblat generasi muda. [Sholihah.web.id]
Komentar
Posting Komentar