Berdoa Pada Hari Rabu, Inilah Waktu Yang Mustajab Agar Doa Terkabul Dihari Rabu
doa merupakan ibadah kepada Allah, memohon kepada Allah Swt, dan berharap kepada Allah Swt agar keinginanya terkabul atau dipenuhi oleh Allah Swt. Namun terkadang meskipun seseorang sudah berdoa namun doa tersebut belum dikabulkan oleh Allah Swt, banyak faktor belum terkabulnya doa seseorang tersebut, karena Allah lebih mengetahui apa yang dibutuhkan seseorang tersebut disbanding dengan apa yang diinginkan manusia tersebut. Sebab kebanyakan manusia itu lupa akan bersyukur sehingga menimbulkan rasa selalu kurang. Namun perlu diketahui juga inilah waktu yang mustajab pada hari rabu. Benarkah ada waktu mustajab untuk berdoa di hari Rabu? Ada yang mengatakan antara Zhuhur dan ‘Ashar. Berikut penjelasannya
Prof. Dr. Umar Al-Muqbil hafizhahullah ditanya,
شيخنا الفاضل -حفظه الله تعالى ورعاه- ما مدى صحّة الحديث أدناهُ: من السنن المتروكة في هذه الأيام الدعاء بين الظهر والعصر يوم الأربعاء: عن جابر بن عبد اللَّه رضي الله عنه، ((أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثاً: يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين، فعرف البشر في وجهه)) قال جابر: ((فلم ينزل بي أمر مهم غليظ، إلا توخيت تلك الساعة، فأدعو فيها فأعرف الإجابة))رواه البخاري في(الأدب المفرد) وأحمد، والبزار وغيرهم، وحسنه الألباني في(صحيح الأدب المفرد:1/246) ح(704). والله يحفظكم ويرعاكم.
“Guru kami yang mulia –semoga Allah senantiasa menjaganya-. Ada sunnah yang ditinggalkan di zaman ini yaitu doa pada hari Rabu antara Zhuhur dan ‘Ashar. Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa di Masjid Al-Fath tiga kali, yaitu hari Senin, Selasa, dan Rabu. Dikabulkan doa yang beliau panjatkan di hari Rabu antara dua shalat (Zhuhur dan ‘Ashar, seperti dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Sa’ad dari Jabir). Nampak kegembiraan di wajah beliau ketika itu.”
Jabir berkata, “Tidaklah aku mendapatkan perkara berat melainkan aku memanjatkan doa pada waktu tersebut. Ternyata saat aku berdoa ketika itu, doa tersebut diijabahi (dikabulkan).” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, juga oleh Imam Ahmad, oleh Al-Bazzar dan selainnya. Syaikh Al-Albani menghasankan hadits ini dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad, 1: 246, no. 704. Wallahu yahfazhkum wa yar’aakum –semoga Allah menjaga dan memperhatikan engkau-.
Dijawab oleh Syaikh ‘Umar Al-Muqbil,
هذا الحديث أخرجه الإمام أحمد في مسنده، والبخاري في
الأدب المفرد من طريق كثير بن زيد، عن عبد الله بن عبد الرحمن بن كعب بن مالك، عن جابر بن عبد الله، وقد اختلف على كثير في تسمية شيخه: هل هو عبد الله بن عبد الرحمن بن كعب أم عبد الرحمن بن كعب؟والظاهر أن هذا الاختلاف من قبل كثير؛ فقد قال عنه ابن حبان في (المجروحين:2/222): “كان كثير الخطأ على قلة روايته، لا يعجبنى الاحتجاج به إذا انفرد”.
ولم أقف لهذا الراوي على متابع؛ فمثله لا يحتج به إذا انفرد، كيف وقد ظهر من روايته أنه لم يضبط إسناده!!
فالأرجح عندي أن هذا الحديث لا يصح عن النبي – صلى الله عليه وسلم -.
Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dari jalur Katsir bin Zaid, dari ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik, dari Jabir bin ‘Abdillah. Mengenai nama guru dari Katsir, ada beda pendapat, apakah gurunya bernama ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Ka’ab atau ‘Abdurrahman bin Ka’ab.
Yang tepat, perselisihan terletak pada perawi sebelum Katsir. Ibnu Majah dalam Al-Majruhin (2: 222) menyatakan bahwa Katsir itu kebanyakan kelirunya karena sedikit riwayatnya. Aku tidak suka berhujjah dengannya ketika ia bersendirian.
Syaikh Umar Al-Muqbil sendiri juga belum mendapatkan penguat (mutabi’) untuk perawi ini. Semisal dia, tidaklah bisa dijadikan hujjah bila sendirian. Dari periwayatannya, nampak tidak kuat sanadnya.
Menurut saya (Syaikh Umar Al-Muqbil), hadits ini adalah hadits yang tidak shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nampak ada perbedaan pendapat di antara para ulama tentang keshahihan hadits doa yang terkabul di hari Rabu (antara Zhuhur dan ‘Ashar). Syaikh Al-Albani menganggap hadits tentang hal itu, hasan. Ulama lainnya seperti Syaikh Umar Al-Muqbil menganggap haditsnya tidak shahih.
Nah sahabat medianda itulah penjelasan tentang doa yang mustajab pada hari rabu, waktunya diantara dhuhur dan ashar namun masih ada beda pendapat antar ulama. Silakan memilih mana pendapat yang lebih tentram. Ini hanya sebatas ilmu kami, hadits tersebut dha’if sehingga tidak menunjukkan keutamaan berdoa di hari Rabu antara Zhuhur dan ‘Ashar. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar